KH. Abdul Malik

Petikan Tausiyah Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Yahya

Guru saya KH. Abdul Malik (Purwokerto) ialah orang yang ketika mau makan menggunakan pakaian lengkap, baju rapi, pakai kopyah dan sarung yang bagus. Ketika saya bertanya, "kulo diajari adabe maem, Yai." Beliau menjawab, "Sega karo banyune kuwe makhluk, sega kuwe ikhtiar luruh wareg, nek diizini ya wareg, mbok mangan sewakul nek ora diizini Allah ya ora wareg. Aku kaya kie merga ngormati sing maringi rizki."

Kalau orang beri'tiqod nasi itu bikin kenyang, itupun termasuk syirik. Jangan melulu menyalahkan orang datang ke kuburan dengan tuduhan syirik, karena banyak di keseharian kita kalau tidak hati-hati menyebabkan syirik. Contoh: i'tiqod nek ora mangan mati, dokter lan pil marasake, dan sebagainya.

Habib Luthfi dan KH. Abdul Malik

Tanpa disadari ketika kita makan itu muncul takabur, contoh ketika makan ada sebutir nasi yang jatuh kita meremehkan dan mengatakan, "Ah, mung sa' upa be, kayong diperhatikna nemen, emange gara-gara sa' upa aku mati?" Tanpa kita sadari kita sombong gara-gara satu butir nasi yang jatuh. 

Kalau tidak mampu, ya ambil dan dimakan lagi kalau masih layak, bukan gara-gara sebutir nasinya, tapi kita menghormati yang membuat karena kita tidak mampu untuk membuat meskipun hanya sebutir nasi. Di dalam sebutir nasi itu banyak yang andil; sing nandur, sing ngrabuki, sing njaga hama, pas panen, berapa tangan yang sudah andil? Belum lagi kompornya, apinya, airnya, pun ikut andil untuk menjadikan sebutir nasi.

Itu baru sebutir nasi. Lalu bagaimana dengan bangsa ini? Bagaimana dengan agama ini? Apa ulama cuma satu? Tidak! Banyak sekali yang telah ikut andil besar dalam menyiarkan syariat dan thariqat

0 Response to "KH. Abdul Malik"